Timeskaltim.com, Kukar – Selama kurang dari sepekan, mulai 22 hingga 27 Agustus 2025, Lanjong Art Festival (LAF) 2025 menghadirkan suguhan seni kontemporer yang memikat masyarakat di Ladang Budaya (Ladaya), Tenggarong. Festival ini menjadi ruang perjumpaan karya, dari seniman lokal hingga tamu mancanegara, yang berpadu menghadirkan energi baru dalam dunia seni pertunjukan di Kutai Kartanegara (Kukar).
Penampilan seniman dari berbagai negara seperti Malaysia, Jepang, Singapura, Spanyol, hingga Brasil turut ambil bagian. Pertemuan lintas budaya itu melahirkan kolaborasi artistik yang jarang dijumpai di Kalimantan Timur, sekaligus mempertegas posisi LAF sebagai ruang perayaan seni dengan cakupan internasional.
Puncak festival berlangsung pada Rabu (27/08/2025) malam kemarin. Salah satu musisi yang menarik perhatian adalah Panji Sakti, yang menampilkan karya musik sarat kearifan lokal dan nilai budaya Nusantara. Dengan panggung outdoor yang sederhana namun khidmat, lantunan lirih penuh makna dari Panji berhasil menghipnotis penonton.
Keesokan harinya, saat ditemui awak media, Panji membagikan kesannya terkait pengalaman pertama tampil di LAV 2025.
“Ya, happy. Senang sekali karena ini pertama kali saya ke sini. Sebelumnya saya pernah ke Tarakan, Kaltara, lalu Banjarbaru dan Banjarmasin. Tapi ke Kukar baru kali pertama, jadi excited dan bersyukur,” ujar Panji saat masih berada di Ladaya, pada Kamis (28/08/2025) pagi.
Panji juga menjelaskan, kehadirannya dalam LAV 2025 ini menjadikan hal yang sangat spesial, sebab biasanya ketika diatas panggung dirinya di tonton oleh penonton biasa. Tetapi untuk kali ini, ia mengungkapkan, merasa bangga karena panggungnya kali ini yang menyaksikan oleh para seniman lainnya.
“Biasanya seniman ditonton orang awam, tapi kali ini saya ditonton oleh seniman lain. Itu menyenangkan, karena bisa dikritik sesama seniman,” ucapnya.
Bagi Panji, tampil di LAV bukanlah sekadar kesempatan membawakan karya. Ada pengalaman yang terasa lebih spesial, sebab kali ini ia berada di hadapan para seniman lain, bukan sekadar penonton awam.
“Biasanya seniman ditonton orang awam, tapi kali ini saya ditonton oleh seniman lain. Itu menyenangkan, karena bisa dikritik sesama seniman,” ungkapnya.
Tak hanya itu, sambutan hangat dari penonton menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Panji mengaku terharu ketika karyanya diterima dengan penuh apresiasi, bahkan hingga membuat penonton larut dan ikut bernyanyi.
“Sebagai pelaku seni pertunjukan, ketika kita mempersembahkan karya lalu penonton ikut bernyanyi, bersenandung, bahkan berteriak, itu membuat saya merasa sangat dihargai. Jadi meskipun tidak menampilkan sesuatu yang baru, saya senang sekali karena penonton di sini baik-baik dan ikut menikmati,” tandasnya. (Rob/Bey)