Dampak Resesi Ekonomi Global tersebut mulai di rasakan oleh masyarakat Kaltim.(Ilutrasi)
Timeskaltim.com, Samarinda – Polemik yang kian hari mencuat di ranah internasional, juga mengancam Indonesia adalah Persoalan Resesi Ekonomi Global. Kondisi ini diperjelas dengan berbagai risiko yang mulai muncul di permukaan.
Laju inflasi tinggi, fenomena strong dollar, krisis pangan hingga perang yang jauh dari kata ‘damai’ menjadi alasan kuat semua pemangku kepentingan di dunia menyalakan alarm bahaya. Tak tanggung-tanggung, Berimbas pula terhadap daerah pemasok Sumber Daya Alam (SDA) terbesar di Indonesia. Yakni, Daerah Kalimantan Timur (Kaltim).
Tak terkecuali, peringatan tersebut juga diserukan Pengamat Ekonomi dari Universitas Mulawarman, Purwadi Purwoharsojo saat dikonfirmasi Timeskaltim.com, Sabtu (15/10/2022) siang.
Harga minyak merosot hampir dua persen pada akhir perdagangan ini. Hal tersebut menghentikan kenaikan lima sesi berturut-turut, karena investor khawatir bahwa awan badai ekonomi dapat menandakan resesi global dan mengikis permintaan bahan bakar. Sehingga dikatakan Purwadi Purwoharsojo bahwa, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim dituntut harus membaca kondisi tersebut.
Resesi Ekonomi Global Berdampak Pada Kaltim?
“Kita saat ini, karena terlalu di nina-bobokan dengan SDA yang berlimpah. Oleh karena itu, pemerintah tidak mempersiapkan jauh-jauh hari untuk mengatasi kasus Inflasi dari Resesi Ekonomi global ini,” kritik pria yang akrab disapa Purwadi ini.
Dikutip melalui ANTARA bahwa, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember kehilangan 1,73 dolar atau 1,8 persen, menjadi ditutup pada 96,19 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November tergelincir 1,51 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 91,13 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Kedua harga acuan telah meningkat selama minggu sebelumnya sebagian besar karena ekspektasi pengetatan pasokan global.
Kaltim, Si Raksasa Tertidur
Kendatipun, membuat kekhawatiran Purwadi terhadap ketidaksiapan pemerintah menanggulangi permasalahan tersebut pun mulai dirasakan masyarakat Kaltim. Pria yang aktif sebagai Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ini, juga menilai permintaan di tengah meningkatnya risiko resesi dan apresiasi tajam dolar AS terus membebani pasar.
“Ini kan menjadi kesadaran yang terlambat, seharusnya dari dulu Negara kita, harus berfikir untuk mempersiapkan antisipasi dampak (Resesi Ekonomi-red) ini dengan matang,” terang Purwadi.
Purwadi juga menuturkan, Kaltim sebagai penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar dengan jumlah Rp 500 Triliun per tahun kepada pusat. Hal tersebut ditopang, dengan kekayaan SDA yang berlimpah ruah. Namun, Kata Purwadi, Pemerintah terkhusus Pemprov Kaltim, tak mampu mengelola potensi tersebut dengan baik.
“Saya dan kawan-kawan tim jurnal internasional waktu itu sempat menulis artikel jurnal internasional di Jepang. Bahwa Kaltim digambarkan seperti Raksasa yang tertidur. Ketika, waktunya makan Ia bingung. Karena makanannya sudah habis. Terlebih, anak cucu mereka nanti pun, sudah tidak kebagian makanan yang tersisa,” tuturnya menggambarkan kondisi tersebut.
Bahkan, jauh dalam gejolak polemik Resesi Ekonomi Global. Purwadi menerangkan bahwa, Kaltim yang tengah dieksploitasi oleh produksi komoditas pertambangan batu bara. Juga hanya, menyisahkan puing-puing kerusakan yang akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat setempat, terutama Kaltim.

“Pesta Ekspolitasi SDA ini, apabila terus dilanjutkan oleh oligarki dan penguasa. Kaltim akan kebagian cuci piring saja. Seperti, Banjir, lubang tambang, jalan rusak, udara kotor dan krisis kesediaan air bersih. Belum lagi, korban anak mati di lubang tambang terus bertambah menjadi 41 orang” sebutnya.
Solusi Atasi Dampak Resesi Ekonomi
Purwadi juga menawarkan, berbagai solusi untuk meminimalisir resesi krisis ekonomi global, yang akan berdampak terhadap Daerah Kaltim.
“Salah satunya, Gaya Pejabat daerah harus diperbaiki. Jangan hanya rakyat saja yang disuruh berpuasa. Para pejabatnya juga,” singgungnya.
“Seperti belanja daerah yang harus dibatasi. Diantaranya, perjalanan dinas para pejabat, penggelontoran anggaran yang tinggi dan juga mengatasi kasus korupsi. Karena Korupsi ini, faktor utama penyebab kerugian negara,” tambah Purwadi.
Bahkan, lanjut Purwadi, kasus korupsi kian merajarela mulai merongrong bangsa Indonesia secara bertahap.
“Kemudian, Bersihkan kasus korupsi. Karena APBN jebol karena maraknya Korupsi. Belum lagi mengembalikan uangnya juga lambat,” ketusnya.
Ia meyakini inflasi dan potensi resesi global akan berdampak ke sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di tanah air. Adapun solusi yang penting untuk dilakukan adalah dengan mendorong penguatan UMKM.
“Saya mendukung, UMKM harus ditumbuhkan, untuk mengatasi inflasi ini. Tetapi, pemerintah juga harus turut memfasilitasi,” singgungnya lagi.
“Jangan hanya dijadikan jargon saja, UMKM juga harus didorong di berbagai pihak. Dengan, memfasilitasi lahan pasarnya. UMKM juga akan terus tumbuh. Karena, tahun 1998. UMKM sebagai tulang punggung ekonomi negara yang mampu mengeluarkan krisis ekonomi saat itu,” bebernya.(Wan)