FeatureKukar

Halang Rintang Jalan Berlumpur, Kisah Anak Dusun 2 Sungai Tempurung Mengenyam Bangku Pendidikan

304
×

Halang Rintang Jalan Berlumpur, Kisah Anak Dusun 2 Sungai Tempurung Mengenyam Bangku Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Zahra Anak Dusun Sungai Tempurung. (Roby Sugiarto/Times Kaltim)

Seuntai asa di tengah hiruk pikuk pembangunan Kukar. Salah satu dari 40 anak di Dusun 2 Sungai Tempurung yang rela menempuh perjalanan panjang dan sulit. Untuk menggapai mimpi mereka, agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik di bangku sekolah.

Timeskaltim.com, Kukar – Dibalik gemerlap kemajuan pembangunan dan hiruk pikuk kota, terbentang pula kenyataan pahit yang tak terjamah oleh khalak ramai.

Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara (Kukar), terdapat sebuah wilayah bernama Dusun 2 Sungai Tempurung. Menjadi awal kisah sosok anak yang tengah memperjuangkan hidup, demi mengais bangku pendidikan.

Zahra namanya. Gadis berusia baru 15 tahun ini, punya semangat untuk belajar tak kalah dengan anak-anak di kota besar lainnya.

Zahra merupakan, salah satu dari 40 anak di Dusun 2 Sungai Tempurung yang rela menempuh perjalanan panjang dan sulit. Untuk menggapai mimpi mereka, agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik di bangku sekolah.

Pagi-pagi buta, Zahra bangun sebelum fajar menyingsing. Ia menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolahnya di Mts Miftahul Ulum di Kecamatan Anggana, bersama-sama anak lainnya.

Namun, bukan seperti anak-anak lain yang memakai baju seragam rapi dan tas sekolah.

Zahra bersama teman-temannya, harus rela melepas baju seragam dan sepatunya. Karena jalan menuju sekolahnya, penuh dengan lumpur.

“Kita kalo pergi sekolah itu harus sampe lepas sepatu dulu dan seragam, bersama teman teman yang pergi sekolah,” ucap Zahra saat ditemui Times Kaltim, pada Sabtu (13/07/2024).

Perjalanan panjang Zahra, ke sekolah bukanlah hal yang mudah. Ia harus mengendarai sepeda motor satu-satunya itu, dengan menanjaki jalan yang sangat belumpur selama kurang lebih satu jam lamanya. Tak jarang, saat hujan deras, Zahra dan teman-temannya, terpaksa tak bisa pergi ke sekolah. Karena, jalan yang menghubungkan akses menuju ke sekolah. Menjadi tak dapat dilalui.

“Apalagi kalo dalam kondisi hujan, itu kadang-kadang jalanan itu, ada sampai selutut orang tua. Kita juga rame-rame dorong motor, dan dibantu sama teman teman yang lain untuk pergi ke sekolah dan kalo hujan deras betul terpaksa kami tidak bisa sekolah,” jelas Zahra.

“Mungkin jalanan yang rusak itu ada hampir 5 kilo meter lebih untuk bisa menuju lokasi sekolah,” timpalnya.

Meskipun terhalang rintang, Zahra tak pernah patah semangat. Ia ingin sekali merasakan pendidikan yang layak seperti anak-anak di kota. Zahra bercita-cita menjadi seorang pengusaha, dan ia yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk meraih mimpinya.

Zahra adalah anak yang cerdas dan aktif. Ia bahkan dipercaya menjadi pengurus Taman Baca Sungai Tempurung (TBST) yang didirikan oleh Yayasan Gerakan Literasi Kutai (GLK). Di taman baca ini, Zahra dan teman-temannya dapat membaca buku dan belajar berbagai hal baru.

Ironisnya, di tengah wilayah yang di kelilingi perusahaan besar seperti emas hitam dan kebun sawit, Zahra dan anak-anak di Dusun 2 Sungai Tempurung harus berjuang keras untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak.

Jalan menuju dusun mereka masih sangat memprihatinkan, dan pemerintah setempat belum menunjukkan rasa empati terhadap kondisi mereka.

“Sudah berapa kali masuk media cuman dari saya kecil juga, jalan ditempat saya ini masih gini gini aja tidak ada perubahan,” terangnya dengan mimik wajah sedih.

Zahra berharap, kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar agar keluh kesahnya di Dusun yang dirinya tempati mendapatkan akses  jalan yang layak untuk menuju sekolahnya.

“Harapannya kepada pemerintah jalan ini dapat segera diperbaiki agar kami dapat pergi sekolah dengan mudah, karena dari dulu kendalanya cuman jalan ini aja,” pungkasnya. (Rob/Wan)

 

*Penulis: Roby Sugiarto/Times kaltim
@aak_bing