Timeskaltim.com, Samarinda – Fenomena foto Polaroid bersama artis atau foto pribadi yang diedit menggunakan kecerdasan buatan (AI) semakin marak di media sosial. Tren ini dinilai wajar sebagai bentuk ekspresi kreatif dan hiburan digital.
Meski begitu, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Mulawarman (Unmul), Silviana Purwanti, mengingatkan agar masyarakat untuk tetap berhati-hati.
“Fenomena ini menarik, tapi perlu diwaspadai aspek etika dan privasinya. Jangan sampai teknologi ini dipakai untuk hal-hal yang menyesatkan atau merugikan orang lain,” ujarnya kepada Timeskaltim.com melalui pesan WhatsApp, pada Rabu (17/9/2025) sore.
Menurut Silviana, literasi digital bagi masyarakat menjadi kunci penting. Akan tetapi seyogianya masyarakat harus memahami bahwa tidak semua hasil editan AI adalah fakta.
“Kita perlu bijak membedakan mana sekadar hiburan, dan mana yang berpotensi menimbulkan masalah. Ini tantangan besar bagi kita dalam menjaga etika komunikasi di era digital,” sambung Silviana.
Selain itu, Siliviana juga menyoroti risiko penyalahgunaan teknologi AI, pasalnya dapat menimbulkan disinformasi dan malinformasi. Foto yang tampak nyata tersebut, dapat dipakai untuk menyebarkan informasi palsu atau merugikan individu tertentu.
Silviana yang juga merupakan Kepala Program Studi (Kaprodi) Ilmu Konunikasi Fisip Unmul ini mengingatkan terkait adanya ancaman kebocoran data pribadi. Misalkan pada wajah, bentuk tubuh, hingga pola biometrik, termasuk data sensitif yang berbahaya jika digunakan tanpa izin.
“Karena itu masyarakat harus lebih berhati-hati mengunggah foto pribadi di platform digital, dan penyedia layanan wajib memastikan keamanan data penggunanya,” tegasnya.
Diakhir pesannya ia menekankan betapa sangat pentingnya sinergi literasi digital, serta regulasi perlindungan data pribadi. Agar perkembangan teknologi AI tetap aman dan bermanfaat bagi masyarakat. (Has/Bey)