Timeskaltim.com, Kukar – Desa Sebulu Ulu, Kecamatan Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), diguncang tragedi keracunan massal saat peringatan keagamaan, pada Minggu (15/9/2024) lalu.
Momen perayaan penuh berkah, berubah menjadi mimpi buruk bagi ratusan warga yang hadir.
Diketahui, berdasarkan data terbaru yang dihimpun oleh Timeskaltim.com, total korban keracunan dalam insiden tersebut mencapai 255 orang.
Meski sebagian besar pasien dinyatakan pulih. Namun, dua diantara korban yang dirujuk ke RSUD AM Parikesit Tenggarong , dinyatakan meninggal dunia.
Melalui, Kepala Puskesmas Sebulu I, Ns. Abdullah Ramli, menjelaskan perkembangan terkini mengenai kondisi para korban.
Menurutnya, hampir semua pasien kini sudah pulih, hanya tersisa tiga orang yang masih dirawat intensif di Puskesmas.
“Dari total korban, ada 255 orang yang datang ke Puskesmas, baik rawat jalan maupun rawat inap. Kami merujuk tujuh orang ke rumah sakit, sementara lainnya sudah kembali ke rumah masing-masing,” ujar Ramli saat dihubungi melalui saluran seluler pada, Rabu (18/09/2024).
Berkat penanganan cepat dan tenaga ekstra yang dikerahkan oleh tim medis Puskesmas Sebulu I, mayoritas pasien kini dinyatakan sembuh.
Namun, masih ada tiga orang yang belum diperbolehkan pulang karena kondisi mereka masih dipantau secara intensif, meskipun sudah mulai membaik.
“Sore ini, empat pasien lagi akan dipulangkan, sehingga tersisa tiga yang kondisinya sudah stabil, hanya menunggu waktu untuk pulang,” terangnya.
Sayangnya, dua nyawa tak bisa diselamatkan dalam tragedi ini.
Ramli menambahkan, kedua warga yang meninggal bukan faktor dari keracunan makanan, melainkan memiliki riwayat penyakit kronis yang memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Seorang pria berinisial R (55), yang sempat dirawat di RSUD A.M. Parikesit, meninggal dunia karena komplikasi penyakit hipertensi (HT) yang dideritanya.
Sementara untuk, H (51), yang dirawat di Puskesmas Sebulu I, juga menghembuskan napas terakhirnya akibat penyakit diabetes yang sudah lama dideritanya.
“Korban meninggal bukan semata-mata karena keracunan makanan, melainkan karena penyakit bawaan yang mereka miliki. Kondisi kesehatan mereka yang terus menurun memperparah situasi hingga akhirnya mereka tidak bisa diselamatkan,” jelas Ramli.
Terakhir, Ramli mengatakan, tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi dalam acara besar, terutama yang melibatkan banyak orang.
“Meski musibah ini tak bisa dihindari, harapan besar tertuju pada pencegahan agar kejadian serupa tidak kembali merenggut nyawa di masa depan,” haraonya.
Ia juga mengaku, tim media Puskesmas Sebulu Ulu telah berusaha semaksimal mungkin. Agar dapat mengantisipasi jatuhnya lebih banyak korban.
“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Agar dapat memberi penanganan kepada seluruh pasien kami,” pungkasnya.(Rob/Wan)