Timeskaltim.com, Samarinda – Anggota DPR RI Syafruddin mengajak generasi muda untuk memperkuat pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan sebagai pondasi utama dalam menghadapi tantangan global, terutama masuknya budaya asing yang bertolak belakang dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan sosialisasi empat pilar MPR RI yang bertempat di Yen’s Delight Coffee Pastry and Resto Samarinda, pada Sabtu (17/5/2025) malam.
“Empat pilar ini adalah penguatan kebangsaan kita. Mengapa kebhinnekaan perlu diperkuat? Karena banyak tantangan dari luar yang bisa menggerus budaya kita. Budaya Barat, misalnya, sangat bebas dan bertolak belakang dengan jati diri bangsa kita,” ujar Syafruddin, Sabtu (17/5/2025).
Syafruddin menegaskan bahwa generasi muda, khususnya pelajar, harus serius dalam menuntut ilmu karena perubahan bangsa sangat bergantung pada usaha mereka sendiri.
“Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Perkuat narasi dan jaringan agar tidak mudah terpengaruh oleh isu hoaks maupun paham sesat. Bekali diri dengan wawasan kebangsaan agar bisa memilah informasi dengan benar,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, anggota DPRD Kaltim Damayanti menyampaikan pesan motivasi kepada para pelajar dan mahasiswa. Ia mengingatkan pentingnya kemauan dan kesungguhan dalam menatap masa depan, terutama di era digital seperti sekarang ini.
“Ini adalah kesempatan saya untuk memberi semangat kepada kalian. Sepuluh tahun ke depan, kalianlah yang akan menggantikan posisi kami. Tapi harus punya kemauan. Jangan hanya jadi penonton dan hobi rebahan,” katanya.

Sementara itu, Alfian, dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, mengupas sisi kritis dari implementasi nilai-nilai Pancasila dan realita yang dihadapi masyarakat saat ini.
Ia menyinggung masih banyaknya problematika sosial seperti pengangguran dan konflik horizontal akibat lemahnya pengamalan sila kedua dan ketiga Pancasila.
“Apakah sila kedua sudah memanusiakan manusia? Saya kira belum, karena pengangguran masih tinggi. Indonesia negara majemuk yang struktural, dan gesekan sosial sangat mudah terjadi,” tutur Alfian.
Ia juga menyinggung kuatnya pengaruh budaya asing yang masuk lewat berbagai media, mulai dari drama Korea hingga buku-buku dari luar negeri. Akulturasi budaya ini bisa merasuk ke dalam cara pikir masyarakat.
“Kita butuh generasi muda yang RAKUS (Rasional, Analitis, Kritis, Universal, dan Sistematis) agar bisa membedakan mana konflik yang murni dan mana yang ditunggangi,” terangnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai empat pilar kebangsaan kepada masyarakat, khususnya kalangan muda.
Harapannya, masyarakat maupun anak muda tidak hanya mengenal Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika secara formalitas, tapi mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. (Bey)












