Nasional

Mahasiswi Kaltim Rayakan Lebaran di Perantauan, Rindu Keluarga Hingga Masakan Khas Hari Raya

1268
×

Mahasiswi Kaltim Rayakan Lebaran di Perantauan, Rindu Keluarga Hingga Masakan Khas Hari Raya

Sebarkan artikel ini
Mahasiswi PSPA Unmul di Kota Bandung yang sedang menjalani praktik kerja industri. (Berby/Times Kaltim)

Timeskaltim.com, Bandung – Suasana Lebaran yang identik dengan kebersamaan keluarga terasa berbeda bagi sejumlah mahasiswa asal Kalimantan Timur (Kaltim) yang tengah merantau di Bumi Pasundan.

Salah satunya adalah Siti Maulani Jabal Rahma, mahasiswi Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Universitas Mulawarman (Unmul), yang harus merayakan Idulfitri jauh dari keluarga karena sedang melaksanakan praktik kerja industri di Lembaga Farmasi (LAFI) Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad) Bandung.

“Ini pertama kalinya saya tidak pulang saat Lebaran. Biasanya, pagi-pagi sudah berkumpul dengan keluarga, salat Eid bersama, lalu sungkeman. Sekarang, hanya bisa video call. Tetapi, ini jadi pengalaman baru,” ujar Siti, saat berbincang via Platform WhatsAPP, Selasa (1/4/2025).

Keputusan untuk tetap di perantauaan bukan tanpa alasan. Selain jadwal dan tugas yang padat, biaya tiket pesawat yang cukup tinggi menjelang Lebaran menjadi pertimbangan utama. Meski demikian, Siti tetap berusaha menikmati momen Lebaran dengan teman-teman sesama perantau.

Namun, ada satu hal yang terasa kurang: makanan khas daerah asalnya. “Makanannya beda. Kita nggak dapat makanan yang biasa ada di rumah, kayak buras, palekko, opor, coto Makassar yang khas disetiap lebaran,” ungkapnya.

Meski begitu, ia bersyukur karena suasana di tempat tinggalnya yang terletak di Jalan Gudang Utara, Kecamatan Sumur Bandung, Kelurahan Merdeka, cukup ramai dengan teman-teman sesama perantau.

“Sebenarnya rindu rumah. Tetapi, saya belajar bahwa kebersamaan dengan teman-teman bisa diciptakan menjadi suatu keluarga. Jadi nggak sedih-sedih banget,” tambahnya.

Bagi Siti, Lebaran bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang mempertahankan kebiasaan baik yang telah dijalani selama bulan suci Ramadan.

“Yang penting itu menjaga keistikamahan ibadah. Harusnya kita tetap rajin ibadah, bukan cuma pas Ramadan saja,” katanya.

Ditanya rencana usai Lebaran, ia mengaku berencana memasak hidangan khas hari raya dan menikmati suasana Bandung dengan mengunjungi tempat wisata.

“Momen memasak makanan asal daerah itu paling menyenangkan, rencananya mau masak nasi kuning atau nasi palekko yang pedas. Setelah itu jalan-jalan ke tempat wisata,” tuturnya.

Momentum lebaran kali ini mengajarkan Siti untuk lebih bersyukur, sabar, dan menghargai kebersamaan. Ia berharap, ke depannya, dirinya bersama teman-temannya dapat merayakan Hari Raya Idulfitri bersama dengan keluarga.

“Semoga kita semua sehat selalu, bisa berkumpul lagi di Ramadan dan Lebaran tahun depan dengan keadaan yang lebih baik—sudah kerja, sudah nikah, siapa tahu,” tutupnya sambil tersenyum.

Bagi mahasiswa rantau seperti Siti, merayakan Lebaran jauh dari keluarga memang menjadi tantangan tersendiri. Namun, pengalaman ini juga memberi pelajaran berharga tentang kemandirian dan cara menikmati kebersamaan dalam suasana yang berbeda. (Bey)